Asyiknya Otak Atik Robot, Muhamad Vincar Rafi dan M Romi Rahadian beranjak dari kursi mereka. Sambil membawa robot hasil rakitan mereka, Vincar dan Romi maju menuju arena “Lomba Robot Tingkat SD dan SMP se-Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta” yang digelar dalam rangka Festival Sains 4 di Sekolah Menengah Atas Kalam Kudus, Sukoharjo, Jumat (1/10).
Di arena itu, terdapat titik-titik tertentu yang jika berhasil tersentuh akan menghasilkan nilai 50 atau 100. Namun, di dekat titik itu terdapat balok yang jika tersentuh berbuah penalti pengurangan 20 poin. Tantangan lainnya, peserta harus bisa menyentuh titik finis agar mampu meraup nilai terbesar, yakni 200 poin. Selain itu, robot tidak boleh menyentuh garis terluar karena peserta akan dinyatakan gugur. Ini adalah hasil dari Otak Atik Robot yang sudah mereka lakukan pada sesi perakitan robot.
Vincar dan Romi memilih strategi mencapai titik-titik tertentu saja yang mudah dicapai dan lebih berfokus mencapai titik finis dalam waktu cepat. Terbukti, strategi kedua siswa SMP 5 Yogyakarta ini berhasil mengantarkan keduanya menjadi juara pertama lomba untuk tingkat SMP yang diikuti delapan peserta.
Lain lagi dengan Iqbal Irsyad Muhammad dan Ahmad Naufal Hamidi, siswa SMP Al Azhar Syifa Budi, Solo, yang berstrategi meraup semua poin untuk mengantisipasi pengurangan nilai akibat penalti. Perjalanan robot rakitan keduanya cukup mulus dan mampu meraup poin-poin yang ditetapkan, namun tetap tak mampu menghindari penalti dan gagal mencapai finis pada langkah pertama. Iqbal dan Naufal keluar sebagai juara kedua. Juara ketiga diraih oleh Agur Yake Mulia dari SMP Kristen Kalam Kudus, Solo, yang tampil sendirian.
“Dalam mempelajari robotika selain anak belajar asyiknya Otak Atik Robot, anak diajarkan juga kreatif untuk memecahkan masalah dengan berbagai strategi. Hal ini tidak dipelajari anak di sekolah formal yang lebih banyak mendapat pengajaran satu arah. Belajar robotika membutuhkan keterlibatan anak sejak dari awal hingga akhir,” kata Direktur Robota Robotics School Ananta Dwi Rajasa yang menjadi juri lomba ini.
Peminat robotika dari kalangan pelajar, menurut Ananta, semakin banyak. Setidaknya, ini yang terlihat dari lembaga kursus robotika yang bekerja sama dengan 11 sekolah di Solo dan beberapa di Yogyakarta.
Bermacam-macam motivasi siswa belajar robotika. Romi yang belajar sejak kelas V SD, ingin kelak dapat menciptakan robot yang dapat membantu pekerjaan manusia, seperti mencuci dan mengepel. Sedangkan Iqbal, belajar robotika karena menemukan keasyikan tersendiri saat sedang merakit dan mengotak-atik robot. Setidaknya nama merekan akan selalu terekam dalam Prestasi yang juga diukir oleh pendahulu-pendahulunya. Sri Rejeki)